recode.ID – Entah karena iseng atau ada alasan lain, pembuat dan penyebar ransomware ini memaksa korban yang terinfeksi dengan ransomware buatannya untuk bermain game PUBG (PlayerUnknown’s Battlegrounds) jika ingin mendapatkan file milik mereka kembali.
Game PUBG sendiri merupakan game beraliran FPS (First Person Shooter) dan online multiplayer yang sedang naik daun saat ini. Game besutan Bluehole Studio ini di ketahui juga hadir untuk pengguna mobile yang rilis pada awal tahun ini.
Tidak seperti insiden penyanderaan data oleh ransomware yang mengharuskan korban membayar kepada pembuatnya seperti halnya dalam kasus WannaCry, ransomware yang belakangan di ketahui bernama PUBG Ransomware ini pertama kali di temukan oleh peneliti dari MalwareHunterTeam.
Melansir dari laman Gamerant, Kamis (12/4/2018), PUBG ransomware ini bekerja layaknya ransomware lainnya, yakni mengunci file dan menyandera file, sehingga file tersebut tak dapat di buka dan di gunakan.
Dalam laporannya seperti di kutip dari Bleeping Computer, periset dari MalwareHunterTeam menyebut jika PUBG ransomware ini tidak segarang ransomware WannaCry, Petya, atau ransomware sejenis yang sudah lebih dulu tenar.
Hal itu di karenakan, infeksi ransomware ini mudah di sembuhkan untuk mengembalikan file yang terenkripsi dengan cepat. Jika ransomeware lain harus membayar sejumlah uang kepada sang empu ransomware untuk mendapatkan kunci dekripsi, maka pada kasus PUBG ransomware ini korban cukup bermain game untuk membuka file yang terkunci.
Setelah file terinfeksi oleh ransomware ini, korban cukup bermain game PUBG dengan menjalankan file dengan ekstensi .exe bernama TslGame.exe yang di sertakan dalam file enkripsi tersebut.
Selain itu, pembuat malware ini juga “berbaik hati” dengan menyertakan kode dekripsi di dalam catatan, yang dapat diketik ke dalam program untuk mendapatkan akses file korban kembali.
Belum diketahui secara pasti, apakah penyebaran PUBG ransomware ini hanyalah sebuah sensasi untuk menaikan rating game ini ataukah hanya sekedar kejahilan pembuat ransomeware yang kurang kerjaan.
Insiden ini kembali mengingatkan kita akan kejadian serupa pada 2017 silam. Sebelum ransomware seperti dalam kasus PUBG ransomware ini di temukan, periset dari MalwareHunterTeam juga menemukan ransomware yang mengharuskan korban untuk bermain game asal negeri sakura berjudul TH12~Undefined Fantastic Object.
Untuk mendekripsi file yang terinfeksi malware tersebut, korban di haruskan mencetak skor lebih dari 0,2 miliar di level “Lunatic” dalam permainan tersebut.
[artikel number=3 tag=”malware” ]
Belum sempat membuat heboh, pembuat dan penyebar ransomware tersebut keburu insyaf dan merilis sebuah tool atau program yang di gunakan untuk mendapatkan skor dalam permainan tersebut yang digunakan untuk membuka file yang terenkripsi.
(andra/rcd)