recode.ID – Apa Yang Terjadi Dengan Facebook dalam beberapa hari terakhir, publik di kejutkan oleh pernyataan salah satu mantan pegawai yang bekerja pada sebuah firma analisis data yang bernama Cambrige Analytica, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di bidang analisa data dan konsultasi politik yang mengatakan jika 50 juta pengguna Facebook di USA telah di salah gunakan untuk kampanye pemenangan Presiden terpilih Donal Trump.
Seiring dengan merebaknya isu tak sedap tersebut, terkuaklah fakta-fakta baru mengenai sosial media Facebook besutan Mark Zuckerberg tersebut. Di rangkum dari berbagai sumber, berikut adalah fakta-fakta baru tentang apa yang terjadi dengan facebook saat ini terkait krisis kepercayaan yang sedang di alami oleh raksasa medsos tersebut.
1. 50 juta pengguna facebook di gunakan untuk Profiling pemilih pada Pilpres USA 2016
Profiling atau memetakan kepribadian pengguna merupakan salah satu strategi yang cukup jitu untuk memberikan kampanye iklan yang tepat untuk pemilih pada perhelatan pemilihan presiden Amerika serikat pada 2016 lalu. Seperti kita tahu, Cambrige Analytica adaah lembaga yang bekerja untuk pemenangan Donal Trump pada pilpres 2016.
Bekerja sama dengan Strategic Communications Laboratories (SCL), kedua perusahaan ini di duga mengumpulkan data pengguna facebook untuk di gunakan dalam pemenangan Trump. Cambridge Analytica dan SCL diduga memperoleh data pengguna Facebook dari peneliti pihak ketiga bernama Aleksandr Kogan. Ia bekerja di Global Scicence Research dan kerap menghadirkan survei terkait kepribadian yang tersebar masif di Facebook.
Kogan telah menghimpun respons pengguna atas survei dan kuis Facebook sejak 2015, melalui aplikasi buatannya bernama “thisisyourdigitallife”. Aplikasi itu memang cuma diunduh 270.000 pengguna Facebook. Akan tetapi, efeknya mengena ke 50 juta pengguna, karena aplikasi mampu mengakses data-data teman dari sang pengunduh.
2. Saham facebook anjlok di lantai bursa.
Beredarnya informasi yang kurang menyenangkan tersebut, berimbas pada nilai saham facebook di lantai bursa. Mengutip dari laman The Guardian, tak lama setelah isu kebocoran data pengguna facebook tersebut terkuak, saham Facebook langsung anjlok 6,77. Nilai valuasi raja media sosial yang identik dengan warna biru itu pun turun hingga US$ 36 miliar atau setara dengan 495 triliun dalam kurs Rupiah seiring dengan kekhawatiran para investor atas kasus kebocoran data yang menimpa Facebook.
3. Mark Zuckerberg merugi Rp 123 Triliun
Pendiri facebook, Mark Zuckerberg saat ini namanya tercatat sebagai orang nomor 6 paling kaya di dunia versi majalah Forbes dengan nilai kekayaan US$ 75 miliar atau setara Rp 1.031 triliun. Namun hanya berselang beberapa hari setelah kabar tersebut beredar, kekayaan bos facebook tersebut kini hanya tinggal US$ 66 miliar atau setara Rp 908 triliun saja.
Itu berarti, suami Pricillia Chan tersebut harus rela kehilangan uangnya senilai US$ 9 miliar atau setara Rp 123 triliun hanya dalam hitungan hari hanya gara-gara apa yang terjadi dengan facebook terkait krisis kepercayaan penggunanya.
4. Beredar ajakan menghapus akun facebook dengan Tagar #deletefacebook
Permasalahan kebocoran data yang di alami oleh facebook tersebut ternyata berdampak pada krisis kepercayaan para pengguna media sosial tersebut. Di inggris, para pengguna facebook berbodong-bondong menghapus akun mereka setelah terkuak fakta terkait apa yang terjadi dengan facebook tentang penggunaan 50 juta pengguna facebook untuk pemenangan Trump di pilpres USA 2016 lalu.
Stuart Henderson, Kepala berita Yahoo News di Britania Raya menunjukkan data adanya peningkatan orang-orang yang mencari cara untuk menghapus akun Facebook yang mereka gunakan di beberapa mesin pencarian seperti Google dan Yahoo.
Selain itu, Brian Acton, salah satu pendiri whatsapp melalui akun Twitter miliknya juga mengajak pengguna facebook lainnya untuk menghapus akun facebook mereka. Twitnya yang di tandai dengan tagar #deletefacebook kini menjadi trending topic dengan lebih dari 1000 kali cuitan.
5. Salah satu petinggi Facebook mundur
Di tengah isu kebocoran data yang sedang di alami oleh Facebook, salah satu petinggi facebook yang membawahi divisi kemanan di Facebook, Alex Stamos dikabarkan akan mengundurkan diri dari jabatannya. Di lansir dari laman The New York Times, Stamos di sebut akan hengkang dari facebook pada agustus mendatang.
6. Tak hanya Menangkan DOnald Trump, Cambrige Analytica juga menangkan PM Malaysia Najib Razak.
Lembaga konsultasi dan analis data politik asal Inggris, Cambrige Analytica menjadi sorotan publik ketika di ketahui menggunakan data-data 50 juta pengguna facebook dalam memenangkan Donald Trump sebagai presiden USA dalam pilpres 2016 lalu.
Namun ternyata, selain Donald Trump, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak juga di ketahui telah menggunakan jasa dari Cambrige Analytica dalam kampanyenya pada pemilu di malaysia pada 2013 silam. Hasilnya, kemenangan telak Barisan Nasional dalam Pemilu Malaysia 2013 dan menjadikan PM Najib Razak sebagai PM Malaysia terpilih.
[artikel number=3 tag=”informasi” ]
Namun belum di ketahui secara pasti, apa yang terjadi dengan Apa Yang Terjadi Dengan Facebook terkait penggunaa data-data penggunanya juga di gunakan Cambrige Analytica memanipulasi pemilih di Malaysia. Selain, Malaysia firma konsultasi politik dan analisi data tersebut juga di ketahui pernah beroperasi di Brazil dan Meksiko.
(andra/rcd)